/data/photo/2019/01/28/2527234991.jpg)
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Bukan hanya corona, wabah demam berdarah juga harus menjadi perhatian masyarakat. Khususnya yang permukimannya terendam banjir beberapa waktu lalu.
Di Tangerang Selatan, sudah ada 87 kasus demam berdarah sejak Januari hingga Maret 2020 yang ditangani di Rumah Sakit Umum Tangerang Selatan. Dari 87 orang tersebut, dua di antaranya meninggal dunia.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie menjelaskan, berdasarkan data yang diterimanya, ada 29 penderita DBD yang menjalani perawatan intensif selama 7 hari di RSU Tangsel, pada bulan Januari 2020.
Baca juga: Ada 87 Penderita DBD, Dinkes akan Awasi Seluruh Wilayah Tangsel
"Berdasarkan data di bulan Januari 2020 ada 29 penderita DBD dengan catatan (pasien) ada dari Kabupaten Tangerang, Gunung Sindur sama Kebayoran Lama, pasiennya," kata Bemyamin saat mengunjungi RSU Tangsel, Selasa (10/3/2020).
Namun, angka penderita demam berdarah mengalami kenaikan pada bulan Februari 2020.
Sebanyak 41 orang yang didominasi warga Tangerang Selatan menjalani perawatan di RSU Tangerang Selatan.
"Untuk 41 pasien yang dibulan Februari 202 juga baru, karena yang bulan Januari itu sudah sembuh. Dan itu juga masih ada orang di luar Tangsel tapi tingal di dekat sini," katanya.
Sementara untuk bulan Maret 2020, Bemyamin menyebut pasien penderita DBD juga terus muncul dan menjalani perawatan di RSU Tangsel.
Baca juga: Kadinkes Bantah Dua Orang Meninggal di Tangsel karena Demam Berdarah
Dalam 10 hari selama Maret 2020, ada 17 pasien yang masuk di RSU Tangsel. Empat di antaranya dipulangkan setelah dinyatakan sembuh.
Pasien meninggal
Dari total kasus DBD yang terjadi, ada dua orang yang meninggal dunia. Namun, Benyamin mengatakan penyebab meninggal bukan hanya penyakit DBD saja melainkan penyakit bawaan masing-masing pasien lain.
"Ada yang meninggal dua orang, tapi itu bukan karena penyakit DBD saja tapi ada penyakit penyerta lainnya," paparnya.
Dua orang pasien yang meninggal dunia terjangkit DBD pada bulan Februari 2020 tersebut merupakan usia anak-anak dan dewasa.
"Untuk yang meninggal itu satu anak dan satu dewasa. Benar DBD tapi ada penyakit penyertanya itu," katanya.
Baca juga: 87 Penderita DBD di Tangsel Didominasi Orang Dewasa
Usia anak-anak hingga dewasa
Sebanyak 87 pasien penderita DBD yang menjalani perawatan di RSU Tangerang Selatan memiliki usia beragam, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
"Berbeda-beda untuk usianya. Kalau untuk 29 pasien bulan Januari 2020 itu mayoritas rata-rata miliki usia 18 tahun," ujar Benyamin.
Berbeda pada 41 pasien penderita DBD bulan Februari 2020 yang didominasi pada usia 25 tahun.
"Kalau pasien yang saat ini (Bulan Maret) itu usianya 28 tahun ke atas. Itu awalnya ada 17 orang tapi empat orang sudah pulang, dan 13 diantaranya masih dalam perawatan," katanya.
Menurut Benyamin, dari 87 pasien yang menjalani perawatan di RSU merupakan rujukan dari beberapa puskesmas tersebar pada beberapa Kelurahan dan Kecamatan di Tangerang Selatan.
Muncul pascabanjir
Benyamin mengatakan, kemunculan penyakit DBD yang menyerang 87 orang tersebut disebabkan banjir awal 2020.
"Ini karena kondisi lingkungan. Ini sekali lagi yang sampaikan ke masyarakat pascabanjir yang terjadi awal Januari lalu waspadai penyakit yang ditimbulkan oleh binatang termasuk nyamuk antara lain adalah DBD," kata Benyamin.
Baca juga: Dinkes Depok Catat 288 Pasien DBD sejak Awal 2020
Benyamin menilai banjir yang merendam beberapa titik wilayah Tangerang Selatan bukan hanya menimbulkan penyakit DBD saja.
Sejumlah warga yang bermukim di wilayah Jombang, Ciputat dan Lamtoro, Pamulang Timur mengidap penyakit Chikungunya, bulan Februari 2020, lalu.
"Kita juga tidak ingin, kemarin ribut chikungunya. Memang betul ada beberapa orang," ucapnya.
Kini, Benyamin berharap dengan musim yang dinilai kian berubah diharapkan dapat meminimalisir penyakit yang disebabkan oleh binatang nyamuk.
"Mudah-mudahan dengan musim ini, sudah kemarau kondisinya terus stabil," ucapnya.
Gencarkan penyemprotan dan jumantik
Kemunculan penyakit DBD dan Chikungunya yang menyerang warga membuat Pemerintah Kota Tangerang Selatan bergerak cepat.
Dalam waktu dekat, Pemkot Tangsel bakal gencarkan penyemprotan dan juru pemantau jentik (jumantik).
Baca juga: 87 Orang di Tangsel Terserang DBD, Benyamin: Akibat Banjir Awal Tahun 2020
Benyamin mengaku telah memerintahkan Camat dan Lurah yang ada di wilayah Tangerang Selatan untuk melakukan upaya tersebut dalam melakukan pencegahan penyakit DBD.
"Saya sudah instruksi kepada para camat dan lurah untuk melakukan kebersihan lingkungan termasuk jumantik," ujar Benyamin.
Benyamin menjelaskan, upaya penyemprotan sebetulnya telah dilakukan secara rutin.
Namun, penyemprotan itu dinilai hanya sebatas mengusir nyamuk yang berkeliaran di sekitaran rumah masyarakat.
"Fogging itu kita lakukan, tapi hanya sebatas untuk mengusir nyamuk dewasanya saja, yang paling penting jentik nyamuknya yang ada di air bersih," katanya.
Karena itu upaya penyemprotan harus disandingkan dengan adanya jumantik yang merupakan bagian dari pencegahan.
"Kalau tidak ada tim jumantik angkanya saya yakin mungkin angka penderita bisa dua kali lipat. Justru karena jumantik angkanya bisa seperti sekarang," ucapnya.
Kesehatan - Terbaru - Google Berita
March 11, 2020 at 07:14AM
https://ift.tt/2IDIXjW
Waspadai Demam Berdarah yang Mulai Bermunculan di Tangsel Setelah Banjir Berlalu - Kompas.com - KOMPAS.com
Kesehatan - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/2zZ7Xy3
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Waspadai Demam Berdarah yang Mulai Bermunculan di Tangsel Setelah Banjir Berlalu - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment