Search

Pengobatan Inovatif untuk Kanker Limfoma Hodgkin - Koran Jakarta

Teknologi pengobatan inovatif Antibody Drug Conjugate (ADC) memberikan harapan baru dalam bidang onkologi. ADC dapat meningkatkan harapan hidup pasien Kanker Limfoma Hodgkin (kelenjar getah bening) yang mengalami kekambuhan. 

Pengobatan ini me­rupakan salah satu bagian dari manaje­men tatalaksana kekambuhan non transplan­tasi dalam bentuk targeted therapy yang menggabungkan monoclonal antibody dan zat sitotoksik, serta mampu se­cara spesifik mengenali dan membunuh sel kanker.

Kanker Limfoma Hodgkin (KLH) menyerang kelenjar getah bening yang terletak di leher dan kepala. Data Globocan 2018 me­nunjuk­kan 79.990 kasus baru dengan 26.167 kematian pada 2018 diseluruh dunia. Di Indonesia terdapat 1.047 kasus baru dan 574 orang meninggal pada 2018. Insiden Limfoma Hodg­kin biasanya memiliki dua puncak yaitu pada saat usia dewasa muda (20-24 tahun) dan lanjut usia (75-79 tahun).

Intan Khasanah, survivor KLH dalam acara seminar media yang terselenggara atas kerjasama Perhimpunan He­matologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI), Persatuan Hematologi-Onkologi Medik Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN), Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) dan PT Takeda Indonesia (TI), menceritakan pengalamannya dalam mela­wan KLH.

“Perjalanan penyakit saya berawal pada 2013, bermula dari sakit demam tinggi dan muncul benjolan kecil di leher awalnya mengira hanya sakit TBC, sehingga kondisi saya semakin memburuk. Benjolan di leher membesar dan sesak di dada, terasa le­mas, dan kelelahan ekstrem. Setelah dilakukan pengang­katan benjolan di leher, diag­nosa saya akhirnya ditegak­kan bahwa saya terkena KLH stadium 4. Setelah diagnosa, saya telah menjalani bebe­rapa pengobatan medis, yang hingga 2019 yaitu sebanyak 26 kali kemoterapi, yaitu 6 kali regimen kemoterapi ABVD kemudian diulang kembali karena hasilnya belum maksi­mal, setelah itu mendapatkan 1 kali regimen kemoterapi DHAP, radiasi dan operasi,” jelasnya.

Kemudian, lanjutnya, penyakit masih kambuh, se­hingga dilakukan pemeriksaan CD30, hasilnya hodgkin lim­foma CD30 positif, sehingga bisa diberikan targeted therapy terkini Brentuximab Vedotin (BV).

“Sekarang saya sudah di­nyatakan remisi total setelah 9 kali berobat dengan BV. Efek yang dirasakan juga lebih minim dibandingkan dengan obat kemoterapi sebelumnya. Untuk para pejuang kanker, jika memang diagnosa su­dah ditegakkan, jalani saja pengobatannya sembari tetap melakukan aktivitas seperti biasa sesuai kemampuan karena kanker bukan akhir du­nia. Justru kanker adalah tanda bahwa Anda spesial dan kuat untuk mampu melawan dan menaklukkannya,” tambahnya. pur/R-1

Kolaborasi dengan Pemangku Kebijakan

Idham Hamzah, Presiden Direktur TI mengata­kan, Takeda sebagai perusahaan yang memegang prinsip PTRB, yaitu patient, trust, reputation dan business mengedepankan pasien seba­gai prioritas utama dan pusat dari apa yang kita lakukan, sehingga akses pasien ter­hadap obat merupakan fokus dari aktivitas yang Takeda lakukan.

”Salah satu cara untuk meningkatkan akses dengan Takeda berkolaborasi dengan berbagai pemangku kebi­jakan untuk usaha pening­katan diagnosa dan strategi pembiayaan obat serta program Coorporate social responsibility (CSR) . Takeda memiliki beberapa jenis program akses untuk pasien terhadap obat-obatan seperti Program Bantuan Pasien (PAP) dan Program Pasien (NPP),” tukasnya.

TI telah menerapkan pro­gram PAP untuk BV, meng­gunakan pendekatan inovatif, berbasis status kemampuan ekonomi individual untuk membantu pasien menye­lesaikan seluruh rangkaian pengobatan yang ditentukan.

“Lebih dari itu untuk men­dukung pasien mendapatkan pengobatan terbaik, TI juga berkolaborasi dengan ahli pa­tologi lokal untuk meningkat­kan kompetensi diagnosis mereka melalui organisasi kedokteran seperti Perhimpu­nan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI), utamanya kelompok Studi Patologi Limfoma (KSPL). TI juga berkomitmen untuk mem­berikan pendidikan medis berkelanjutan bagi tenaga kes­ehatan guna peningkatan kua­litas pelayanan bagi pasien,” pungkasnya. pur/R-1

Kombinasi Antibodi dan Zat Sitotoksik

Sementara itu, Ikh­wan Rinaldi, Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Medik RSCM men­jelaskan, Limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi. Meski demikian, masih ada kemungkinan ke­cil (10-30 persen) kambuh.

“Pengobatan Limfoma Hodgkin kambuh adalah kemoterapi dosis tinggi yang dilanjutkan dengan trans­plantasi sumsum tulang. Regimen kemoterapi untuk kasus Limfoma Hodgkin kambuh tidak banyak meng­alami perubahan dalam 30 tahun terakhir ini. Trans­plantasi sumsum tulang juga tidak selalu dapat dilakukan pada kasus Limfoma Hodg­kin kambuh karena masalah finansial dan ketidakmam­puan fisik terutama pasien-pasien usia lanjut,” urainya.

Saat ini, lanjutnya, terda­pat inovasi pengobatan non transplantasi dengan ADC yang dikategorikan sebagai terapi bertarget. Obat pintar ini berbeda dengan kemot­erapi karena mampu men­genali sel Limfoma Hodgkin melalui ikatan antara anti­bodi monoklonal anti-CD30 dengan CD30 yang berada di permukaan sel Limfoma Hodgkin.

“Obat pintar ini merupa­kan kombinasi antibodi dan zat sitotoksik yang disebut ADC. ADC ini mengandung dua komponen yaitu anti­bodi monoklonal anti-CD30 yang dinamakan Brentux­imab dan monomethyl auristatin E (MMAE) yang merupakan agen anti-neo­plastik sintetik dan dinama­kan Vedotin. Sehingga obat pintar ini diberi nama BV,” tambahnya.

Ia melanjutkan, BV be­kerja dengan cara berikatan dengan CD30 di permukaan sel Limfoma Hodgkin untuk selanjutnya masuk ke dalam sel dan melakukan peng­hentian siklus kehidupan sel sehingga terjadi apoptosis sel (kematian sel).

“Dengan demikian, obat pintar ini bekerja dengan mengenali dan menghan­curkan hanya sel Limfoma Hodgkin dan tidak meng­hancurkan sel lain, sehingga efek samping yang ditimbul­kannya relatif lebih ringan dibandingkan kemoterapi pada umumnya,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Adityawati Gang­gaiswari, Direktur MRCCC Siloam Hospital Semanggi mengatakan, jumlah RS khusus kanker di Indonesia sampai saat ini tidak banyak dan menghadapi berbagai tantangan, antara lain sum­ber daya manusia (SDM) yang masih perlu dikem­bangkan.

“Jumlah dokter Onkologi masih sangat terbatas dan SDM keperawatan, staf radioterapi, staf kedokteran nuklir yang memiliki keahl­ian khusus untuk melaku­kan tindakan spesifik untuk kanker jumlahnya masih kurang, sehingga diperlukan pelatihan khusus bagi SDM tersebut. MRCCC merupa­kan salah satu rumah sakit yang memiliki izin sebagai rumah sakit khusus kanker tipe A dan melayani 60 per­sen pasien kanker dan 40 persen non kanker,” jelasnya.

Di lapangan, sebagian be­sar pasien dapat mengakses pelayanan kanker, namun demikian pada pasien BPJS, masih terdapat berbagai tantangan dalam hal ket­ersediaan obat dan waktu pelayanan mengingat keter­batasan SDM yang tersedia,” lanjutnya. pur/R-1

Let's block ads! (Why?)



Kesehatan - Terkini - Google Berita
November 18, 2019 at 01:00AM
https://ift.tt/32XURwS

Pengobatan Inovatif untuk Kanker Limfoma Hodgkin - Koran Jakarta
Kesehatan - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/2zZ7Xy3

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Pengobatan Inovatif untuk Kanker Limfoma Hodgkin - Koran Jakarta"

Post a Comment

Powered by Blogger.