"Angka ini meningkat cukup drastis dari 2018 dengan jumlah kasus berada pada angka 65.602 kasus," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan peningkatan kasus DBD pada 2019 salah satunya disebabkan beberapa kabupaten dan kota di Indonesia mengalami kejadian luar biasa (KLB).
Selain itu, masih banyak masyarakat yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin. Misalnya, mengumpulkan dan membersihkan botol-botol minuman yang bisa menjadi sarang nyamuk.
Baca juga: Dokter: DBD bisa dicegah dengan kesadaran pola hidup bersih
Baca juga: Batan tawarkan teknologi pemandulan nyamuk untuk tekan DBD
Kabupaten dan kota yang mengalami KLB DBD tersebut di antaranya Kota Manado, Kota Kupang dan Labuan Bajo sehingga total kasus mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Secara rinci, ia menyebutkan kasus DBD tertinggi per 31 Oktober 2019 ditemukan di Provinsi Jawa Barat dengan total 19.240 kasus. Kemudian, Jawa Timur 16.699 kasus, Jawa Tengah 8.501 kasus, Jakarta 8.408 kasus, Sumatera Utara 5.721 kasus dan Lampung 5.369 kasus.
"Secara keseluruhan kasus terbanyak ditemukan di Pulau Jawa dan Bali dengan total 61.071 kasus. Kemudian Pulau Sumatera sebanyak 21.896 kasus," kata dia.
Namun, kata dia, tingginya angka DBD di Tanah Air tidak berarti semua daerah terdampak. Melainkan masih ada beberapa daerah yang berada pada zona hijau dengan angka DBD cukup rendah.
Daerah-daerah tergolong aman tersebut di antaranya Papua Barat dengan angka DBD terendah yakni 49 kasus, Papua 132 kasus, Maluku 245 kasus, Sulawesi Barat 559 kasus dan Bangka Belitung 632 kasus.
Selain itu Jambi, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara juga berada pada zona hijau dengan angka temuan DBD di bawah 1.400 kasus.
Sementara itu, berdasarkan usia, ia menjelaskan temuan kasus DBD di berbagai daerah tersebut didominasi oleh usia 5-14 tahun atau 43,25 persen dari keseluruhan kasus.
Selanjutnya usia 15-44 tahun sebanyak 36,46 persen, di atas 44 tahun 9,68 persen, usia 1-4 tahun 8,54 kasus dan terendah pada usia di bawah 1 tahun dengan persentase 2,07.
"Kita terus mengajak masyarakat untuk melakukan PSN di lingkungan masing-masing agar terhindar dari DBD," ujar dia.
Baca juga: Nyamuk penyebab demam berdarah kini juga menyerang saat sore hari
Kesehatan - Terkini - Google Berita
November 05, 2019 at 12:50PM
https://ift.tt/2NEnNEB
Kemenkes catat 110.921 kasus DBD hingga Oktober 2019 - aceh.antaranews.com
Kesehatan - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/2zZ7Xy3
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kemenkes catat 110.921 kasus DBD hingga Oktober 2019 - aceh.antaranews.com"
Post a Comment