JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat terdapat sebanyak 110.921 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada Januari hingga 31 Oktober 2019. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi menuturkan, angka ini meningkat cukup drastis dari 2018 dengan jumlah kasus berada pada angka 65.602 kasus.
Ia menjelaskan, peningkatan kasus DBD pada 2019 ini terjadi karena di beberapa kabupaten dan kota di Indonesia, ada kejadian luar biasa (KLB). Apalagi, masih banyak masyarakat yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin. Misalnya, mengumpulkan dan membersihkan botol-botol minuman yang bisa menjadi sarang nyamuk.
Kabupaten dan kota yang mengalami KLB DBD tersebut di antaranya Kota Manado, Kota Kupang dan Labuan Bajo sehingga total kasus mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Secara rinci, ia menyebutkan kasus DBD tertinggi per 31 Oktober 2019 ditemukan di Provinsi Jawa Barat dengan total 19.240 kasus.
Kemudian, Jawa Timur 16.699 kasus, Jawa Tengah 8.501 kasus, Jakarta 8.408 kasus, Sumatera Utara 5.721 kasus dan Lampung 5.369 kasus. "Secara keseluruhan kasus terbanyak ditemukan di Pulau Jawa dan Bali dengan total 61.071 kasus. Kemudian Pulau Sumatera sebanyak 21.896 kasus," ujarnya di Jakarta, Selasa (5/11) seperti dilansir Antara.
Nadia bilang, Provinsi Sumatra Utara (Sumut) merupakan daerah suspect demam berdarah dengue (DBD) tertinggi pada minggu ketiga Oktober 2019 yaitu 250 kasus. "Jadi ini laporan kalau ada curiga DBD sebagai kewaspadaan antisipasi kalau terjadi penularan yang cepat," tuturnya.
Jika dibandingkan pada minggu kedua di bulan yang sama, angka tersebut mengalami kenaikan sebanyak 19 suspek di mana awalnya hanya 231 suspect. Asal tahu saja, kategori suspect DBD itu, kata dia, artinya belum tentu positif kasus DBD. Namun harus menjadi kewaspadaan bagi masyarakat.
Selain Provinsi Sumut, Provinsi Jawa Tengah juga berada pada garis merah atau tertinggi yaitu 214 suspect. Kemudian disusul Provinsi Riau sebanyak 107 suspect DBD. Ia mengatakan, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Kemenkes RI, Sumatra dan Jawa merupakan dua pulau paling tinggi atau masuk zona merah ditemukannya suspect DBD pada minggu ke-39 tahun 2019.
"Hal tersebut dibuktikan dengan Aceh 86 suspect, Sumatra Utara 250 suspect, Riau 107, Sumatra Barat 42 suspect dan Lampung 111 suspect," katanya.
Sementara untuk Pulau Jawa, Provinsi Jawa Barat tercatat sebanyak 174 suspect, Jawa Tengah 214 dan DKI Jakarta 32 suspect. Adapun untuk Papua suspect DBD berada pada zona hijau atau kategori rendah. Rinciannya yaitu Provinsi Papua sebanyak 10 suspect dan 11 suspect di Papua Barat.
Namun, lanjutnya, tingginya angka DBD di Tanah Air tidak berarti semua daerah terdampak. Melainkan masih ada beberapa daerah yang berada pada zona hijau dengan angka DBD cukup rendah. Daerah-daerah tergolong aman tersebut di antaranya Papua Barat dengan angka DBD terendah yakni 49 kasus, Papua 132 kasus, Maluku 245 kasus, Sulawesi Barat 559 kasus dan Bangka Belitung 632 kasus.
Selain itu Jambi, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara juga berada pada zona hijau dengan angka temuan DBD di bawah 1.400 kasus. Sementara berdasarkan usia, ia menjelaskan temuan kasus DBD di berbagai daerah tersebut didominasi oleh usia 5-14 tahun atau 43,25% dari keseluruhan kasus.
Selanjutnya, usia 15–44 tahun sebanyak 36,46%, di atas 44 tahun 9,68%, usia 1–4 tahun 8,54 kasus dan terendah pada usia di bawah 1 tahun dengan persentase 2,07%.
"Kami terus mengajak masyarakat untuk melakukan PSN di lingkungan masing-masing agar terhindar dari DBD," ucapnya.
Petugas melakukan Fogging untuk membantu warga memutus mata rantai berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti. ANTARA FOTO
Antisipasi Daerah
Terpisah, Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengaku terus mengantisipasi peningkatan kasus DBD di daerah tersebut.
"Berbagai upaya terus dilakukan lewat dinas terkait guna memaksimalkan pelayanan kesehatan yang merata kepada seluruh masyarakat Kota Bitung yang ada di delapan kecamatan," kata Wali Kota Bitung Max Lomban di Manado, Selasa.
Namun, katanya, semua program ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada dukungan dan kerja sama dari seluruh elemen masyarakat Kota Bitung. "Semua pihak harus membangun kerja sama dalam menangani permasalahan ini baik pemerintah maupun masyarakat," kata Lomban.
Terkait meningkatnya penyakit DBD, Lomban mengungkapkan, hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan. Padahal pemerintah melalui aparat kelurahan terus menyosialisasikan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih.
"Menjaga kebersihan tidak hanya satu atau dua rumah saja, melainkan kebersihan satu lingkungan secara bersama-sama," imbuhnya.
Asal tau saja, nyamuk aedes aegypti, penyebab DBD, mampu terbang sejauh 20 meter, jadi jika hanya satu atau dua rumah yang bersih, tidak menjamin penghuninya tidak terkena dampak penyakit ini.
Senada, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengimbau masyarakat mewaspadai penyakit DBD yang berpotensi merebak, ketika musim hujan diperkirakan datang pada pertengahan November 2019 ini.
"Terkait dengan potensi demam berdarah dengue (DBD), secara teoritis nanti musim hujan memang akan terjadi lonjakan, karena di sana sini banyak genangan air yang merupakan indukan nyamuk," kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes Bantul Fauzan di Bantul, Senin.
Untuk itu, kata dia, semua masyarakat diminta untuk selalu memerhatikan kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal agar tidak ada genangan air yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Selain itu juga menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
"Masyarakat diminta untuk selalu optimalkan kegiatan PSN, sebab demam berdarah kasusnya bisa melonjak gara-gara itu (sarang nyamuk), karena itu harapan kita jangan sampai atau ada tempat perindukan nyamuk di sekitar kita, mari kita gerakkan PSN," lanjutnya.
Fauzan mengatakan, bahkan gerakan PSN harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat baik dari tingkat rumah tangga, kelurahan sampai ke tingkat kecamatan. Kegiatan PSN juga bisa dilakukan secara komprehensif bersama-sama.
"Dan biasanya itu ada dari mitra kerja dinkes yaitu di puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) sudah dikoordinir Pak Camat untuk turun ke bawah melihat lokasi pemantauan langsung jentik-jentik nyamuk dan membantu penanganannya," tandasnya. (Faisal Rachman)
Kesehatan - Terkini - Google Berita
November 05, 2019 at 02:52PM
https://ift.tt/2oMjej4
Kasus DBD Tahun Ini Melonjak Drastis - Validnews
Kesehatan - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/2zZ7Xy3
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kasus DBD Tahun Ini Melonjak Drastis - Validnews"
Post a Comment