JawaPos.com – Masyarakat tentu khawatir saat mendengar seputar penyakit infeksi menular seksual (IMS) bernama sifilis. Jika tidak diobati dengan benar, Sifilis yang disebabkan bakteri Treponema Pallidum, dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ otak. Bahkan kerusakan sistem saraf serta jantung bahkan dapat mengancam jiwa.
Sifilis bersifat silent dengan faktor-faktor risiko yang harus diwaspadai. Yaitu melakukan hubungan seks tanpa pengaman, lebih dari 1 pasangan serta hubungan seks pria dengan pria. Penting untuk dicatat, bahwa orang dengan HIV lebih rentan terhadap penularan sekaligus dapat menjadi penyebar sifilis.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sepanjang bulan Juli-September 2019, tercatat sekitar 1.586 pasien Sifilis yang diobati di Indonesia, dari beragam kelompok risiko seperti wanita pekerja seks (WPS), pria pekerja seks (PPS), lelaki seks dengan lelaki (LSL), injection drug user (IDU), waria, pasangan risti, dan pelanggan pekerja seks.
Berdasarkan data distribusi kasus Sifilis baru di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, terjadi peningkatan jumlah pasien yang berobat akibat Sifilis. Pada 2016 tercatat 45 pasien, 2017 tercatat 49 pasien, dan 2018 meningkat lagi menjadi 63 pasien.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDSV, dari Klinik Pramudia, mengatakan, pengetahuan masyarakat terhadap penyakit sifilis sampai saat ini masih minim, termasuk tentang deteksi dini terhadap penyakit ini. Padahal sifilis merupakan penyakit menular yang dapat menyerang organ lain seperti jantung, otak, dan saraf pada tahap lanjut di kemudian hari.
Dia menjelaskan mengapa penyakit itu banyak diderita laki-laki. Salah satunya ditularkan dari lelaki sesama jenis.
“Karena yang berobat kebanyakan laki-laki. Dan yang datang berani berobat ya laki-laki, dan punya riwayat sesama jenis,” katanya dalam seminar di Jakarta, Rabu (12/2).
Hal senada diungkapkan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Dr. dr. Wresti Indriatmi, SpKK(K), M.Epid, Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Menurutnya, laki-laki suka lelaki (LSL) kini lebih menularkan ke banyak pria lainnya.
“Memang belakangan lebih banyak laki-laki. Banyak laki-laki LSL itu tularkan ke laki-laki lagi. Sekarang kan banyak sekali yang LSL. Dan menularkan juga ke laki-laki juga,” jelas dr. Wresti.
Gejala Penyakit Sifilis
Gejala awalnya Sifilis memang khas namun bnayak yang tidak mengetahuinya. Seperti luka pada genital yang tidak sakit dan terdapat ruam di bagian tubuh. JIka menemukan hal demikian, maka dianjurkan untuk segera berkonsultasi kepada dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin. Jahatnya lagi penyakit ini memang memiliki masa inkubasi 90 hari dan bisa bersifat laten.
“Ketika masih infeksi ada masa inkubasi sampai 90 hari. Stadium primer bisa lukanya berada di tempat tersembunyi. Karena tak diobati, bisa saja hilang lukanya. Namun ternyata bukan hilang, justru penyakitnya berlanjut jadi stadium 2,” tuturnya.
Dan sifilis juga bisa menyerupai penyakit kulit lainnya salah satunya eksim. Sifatnya yang laten membuat penyakit ini sering tak dirasakan.
“Menyerupai penyakit kulit lainnya. Padahal ternyata itu sebenarnya sifilis. Selain di genital, telapak kaki dan tangan ada juga. Bisa menyerupai eksim dan bisa bersifat laten,” tandas dr. Wresti.
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Kesehatan - Terbaru - Google Berita
February 13, 2020 at 04:23PM
https://ift.tt/2Slwt6q
Penyakit IMS Sifilis Hantui Kaum Pria, Kenali Gejalanya - Jawa Pos
Kesehatan - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/2zZ7Xy3
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penyakit IMS Sifilis Hantui Kaum Pria, Kenali Gejalanya - Jawa Pos"
Post a Comment